Arema dan Julukan Singo Edan
Beberapa waktu lalu Arema memenangkan Piala Presiden. Sebagai orang Blitar yang mencari makan di kota Malang, tak sopan rasanya jika saya tidak menghormati klub sepakbola berjuluk Singo Edan ini. Jadi untuk merayakan kemenangannya, berbekal hasil obrolan di warung-warung kopi, saya hendak bercerita makna julukan Singo Edan.
Nama Singo Edan sendiri bisa berarti macam-macam. Bisa diartikan bahwa Arema adalah klub yang sekuat singa. Bisa juga berarti Arema adalah tim yang seperti si raja hutan dan diharapkan Arema mampu menguasai liga Indonesia. Kata Edan sendiri, menurut saya, bisa ditarik ke arah pengertian bahwa kalau entitas singa saja kurang. Kata edan mengandung makna yang lebih dari sekadar singa. Sama sekali tidak mengandung unsur penghinaan sehingga perlu disebut dengan SDGJ (Singa dengan Gangguan Jiwa). Jadi, alih-alih diartikan kurang waras atau sejenis penyakit kejiwaan, edan dalam konteks ini diarahkan ke pengertian kondisi yang hebat dan lebih dari biasa. Itu pengertian standar. Hasil obrolan dengan bapak-bapak penduduk Malang senior memberikan pandangan lain.
Masih ingat pelajaran sejarah/PSPB di bangku SMP tentang istilah Candra Sengkala? Contoh yang paling sering dipakai untuk kalimat Candra Sengkala yang menunjukkan suatu waktu tertentu adalah waktu runtuhnya Majapahit. Kejatuhan kerajaan besar ini ditunjukkan oleh kalimat Sirna Ilang Kertaning Bumi.
Sirna berarti 0, ilang (hilang) juga bermakna 0, kertaning maksudnya 4, sedangkan bumi itu 1. Jadi, kalimat Sirna Ilang Kertaning Bumi menunjukkan bahwa Majapahit runtuh pada tahun 1400 caka. Untuk lebih jelasnya mengenai Candra Sengkala, bisa dilihat di bawah ini.
Sirna dan ilang dengan mudah bisa ditebak menunjukkan angka 0. Kertaning itu ada yang mengartikan membuat atau menjadikan. Sedangkan angka 1 diwakili oleh kata bumi yang jumlahnya memang cuma 1. Aturan baku dalam membuat Candra Sengkala adalah penulisan angka tahunnya dari belakang ke depan. Maka Sirna Ilang Kertaning Bumi itu menunjukkan angka tahun 1400, bukan 0041. Contoh Candra Sengkala yang lain misalnya seperti ini.
1. Lambang kraton Yogya –> Dwi Naga Rasa Tunggal melambangkan tahun 1682
2. Kabupaten Banyumas –> Bektining Manggala Tumataning Praja melambangkan tahun 1582
3. Kabupaten Sleman —> Rasa Manunggal Hanggatra Negara melambangkan tahun 1916 (Masehi)
4. Kabupaten Sleman —> Anggata Catur Salira Tunggal melambangkan tahun 1846 (tahun Jawa)
5. Kabupaten Pati —> Kridaning Panembah Gebyaring Bumi melambangkan tahun 1323
Dalam kasus penamaan Singo Edan ini, tidak dipakai Candra Sengkala murni. Penjelasannya seperti ini: Singo menunjukkan zodiak Leo karena Arema lahir di bulan Agustus. Sedangkan Edan menunjukkan angka tahun 87. 87 sendiri diambil dari buku tafsir mimpi yang biasanya dipakai untuk panduan judi toto gelap.
Nah, akhirnya dari kata Singo Edan bisa ditarik kesimpulan bahwa Arema lahir di bulan Agustus 87.
Oh ya, metode mengingat angka seperti ini sangat penting untuk saya yang lemah dalam bidang angka. Pada saat melamar pekerjaan pertama tahun 2009 silam, saya sempat mendapat pertanyaan maha standar dalam wawancara kerja; mau minta gaji berapa. Saya menjawab, asal di atas UMR, saya yang baru saja lulus dan belum wisuda ini sudah ikhlas. Si pewawancara merasa mendapat angin dan langsung bertanya berapakah UMR kota Malang tahun 2009. Pertanyaan yang jawabannya sangat mudah.
Jawabannya adalah Rp945.373,00. Sang pewawancara heran kenapa saya menghafalkan hal setidak penting ini.
Padahal cara mengingatnya semudah menyadari kenyataan bahwa besaran gaji di kisaran angka tersebut bisa membuat karyawan yang menanggung cicilan rumah, motor, dan sekolah anak akan sangat sibuk melakukan berbagai pekerjaan sampingan sehingga tidak akan sempat mati juga.
SEMbilan emPAT liMA TIga tuJUh tiGA.